BAB I
PENDAHULUAN
Rhodophyta berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin.
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan pembentukan spora, dapat pula secara seksual (oogami). Baik spora maupun gametnya tidak mempunyai bulu cambuk, jadi tidak dapat bergerak aktif.
Tempat Rhodophyta dalam sejarah filogenetik tumbuhan masih merupakan suatu tanda pertanyaan. Ada yang mencari nenek moyang rhodophyta pada chlorophyta, mengingat adanya trikogin pada karpogonium yang mengingatkan oogonium dalam sel-sel tumbuhan pada coleochaete. Mengingat tidak adanya klorofil-b pada rhodophyta, pendapat itu sukar diterima. Ada yang mencari hubungan kekerabatan dengan cyanophyta dan menganggap protoflorideae sebagai jembatannya. Bagaimanapun juga sampai sekarang belum dapat diperoleh pemecahan soal ini dengan memuaskan.
Bekas ganggang ini telah ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman Silur, dan mungkin dari Kambium, bahkan sering tidak hanya bekas, melainkan sisa-sisa yang mengandung kapur. Dari zaman yang lebih muda ganggang ini ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman Jura dan Kapur.
BAB II
ISI
Ciri – ciri umum Rodophyta
Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil.
Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan usus.
Alga merah berbentuk lembaran Rodophyta sebagai bahan pangan
Susunan Sel Rodophyta
Rhodophyta berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan.kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat fikosianin.
Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium berwarna kemerah-merahan. Tepung ini sifatnya lebih dekat kepada glikogen, dan tidak terdapat dalam kromatofora, melainkan pada permukaannya. Selain tepung floride terdapat juga floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Pirenoid kadang-kadang juga terdapat. Selain beberapa perkecualian, rhodophyta selalu bersifat autotrof. Yang heterotrof tidak mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain ganggang. Dinding sel terdiri atas dua lapis, yang dalam terdiri atas selulosa, yang luar terdiri atas pectin yang berlendir.
Sel Rodophyta
Habitat Rodophyta
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal. Kebanyakan rhodophyceae hidup dalam air laut, terutama dalam lapisan-lapisan air yang dalam, yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek. Hidupnya sebagai bentos, melekat pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cangkram pelekat. Talus bermacam-macam bentuknya, tetapi pada golongan yang sederhana pun telah bersifat heterotrik. Jaringan tubuh belum bersifat sebagai parenkim, melainkan hanya merupakan plektenkim.
Ilustrasi habitat Rodophyta
Reproduksi Rodophyta
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.
Klasifikasi Rodophyta
Menurut Smith , divisi Rodophyta hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae selanjutnya Rhodophyta dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florideae.
Rodophyta
Rodophyceae
Bangieae Florodeae
Bangiales Nemalionales
Gelidiales
Gigartinales
Nemastomales
Ceramiales
Contoh Klasifikasi dari salah satu species Rodophyta :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rodophyta
Kelas : Rodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gigartinaceae
Marga : Chondrus
Species : Chondrus crispus
Anak kelas BANGIEAE (PROTOFLORIDEAE)
Talus berbentuk benang, cakram atau pita dengan tidak ada percabangan yang beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan ameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium berupa sel yang sedikit saja bedanya dengan sel-sel talus, kadang-kadang mempunyai alat tambahan seperti trigokin. Anterodium menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Zigot dengan langsung membuat spora atau setelah mengadakan pembelahan baru mengeluarkan spora.
Dalam golongan ini termasuk suku Bangiaceae, yang membawahi antara lain ganggang tanah Porphyridium cruentum dan ganggang laut Bangia artropurpurea.
Porphyridium cruentum
Anak kelas FLORIDEAE
Talus ada yang masih sederhana, tetapi umumnya hampir selalu bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk, seperti benang, lembaran-lembaran. Percabangannya menyirip atau menggarpu. Pembiakan seksual berlangsung sebagai berikut. Dari sel-sel ujung cabang-cabang talus, terbentuk dua anteridium yang masing-masing terdiri atas satu sel saja dan berasal dari penonjolan sel ujung. Tiap anteridium menghasilkan satu gamet ♂ yang oleh karena tidak dapat bergerak tidak dinamakan spermatozoid tetapi spermatium. Gametangium ♀ dinamakan karpogonium, karpogonium terdapat pada ujung cabang-cabang lain dari pada cabang-cabang talus yang mempunyai anteridium. Suatu karpogonium terdiri atas satu sel panjang, bagian bawahnya membesar seperti botol, bagian atasnya berbentuk gada atau benang dan dinamakan trikogin. Inti telur terdapat pada bagian dasar yang membesar tadi. Spermatium secara pasif (oleh air) akhirnya sampai pada trikogin, melekat pada trikogin, dan setelah dinding perlekatan terlarut, seluruh protoplas spermatium masuk ke dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan bagian bawah karpogonium lalu membuat sumbat, dan dengan sumbat itu menjadi terpisah dari trikogin. Zigot tidak mengalami waktu istirahat, melainkan dari bidang sampingnya lalu membentuk sel-sel yang merupakan benang-benang yang merupakan benang-benang yang dinamakan benang sporogen. Dalam sel-sel ujung benang itu berbentuk satu spora, masing-masing dengan satu inti dan satu plastid dan dinamakan karpospora. Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel terminal benang sporogen sebagai protoplas telanjangdan tidak mempunyai bulu cambuk. Karpospora itu mula-mula berkecambah menjadi suatu protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru dengan alat-alat generative. Mengingat bahwa spora tidak dapat bergerak, hingga kemudian terjadinya pembuahan itu sedikit, maka untuk meniadakan kepincangan itu terbentuk banyak sekali spora.
Jadi di sini kita lihat pula adanya pergiliran keturunan, tetapi gametofit dan sporofit yang di sini berupa benang-benang sporogen tidak terpisah; sporofit yang berupa benang dan hanya terdiri atas beberapa sel itu hidup sebagai parasit pada gametofitnya.
Peristiwa seperti diuraikan diatas terdapat antara lain pada Batrachospermum moniliforme. Pembelahan reduksi terjadi pada zigot, jai baik gametofit maupun sporofit bersifat haploid, dan hanya zigot saja yang merupakan fase yang haploid.
Pada warga Florideae lainnya terdapat pergiliran antar tigaa keturunan dalam daur hidupnya yaitu:
1. Gametofit yang haploid yang mempunyai anteridium dan karpogomium.
2. Karposporofit yang diploid, mengeluarkan kaspospora diploid, yang kemudian tumbuh menjadi
3. Tetrasporofit, yang habitusnya menyerupai gametofit (keturunan pertama), akan tetapi tidak mempunyai alat-alat seksual, melainkan mempunyai sporangium yang masing-masing mengeluarkan 4 spora (tetraspora). Baru dalam pembentukan tetraspora tejadi pembelahan reduksi. Jadi tetraspora adalah haploid, dan kemudian tumbuh menjadi gametofit yang haploid pula. Daur hidup yang memperlihatkan 3 keturunan itu antara lain tardapat pada Callithamnion corymbosum.
Gametofit dan tetrasporofit dapat isomorf, tetapi ada pula yang tidak, misalnya Bonnemaisonia hamifera.
Sporofit yang hidup sebagai parasit pada gametofit dapat mempunyai bentuk yang sering dianggap sebagai tumbuhan asing yang benar-benar hidup sebagai parasit dan diberi nama yang lain pula.
Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa, diantaranya yaitu:
Bangsa Nemalionales
Didalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang antara lain mencakup Batrachospermum moniliforme, Bonnemaisonia hamifera.
Batrachospermum moniliforme Bonnemaisonia hamifera
Bangsa Gelidiales
Didalamnya termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium cartilagineum dan Gelidium lichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.
Gelidium lichenoides
Bangsa Gigartinales
Kebanyakan terdiri atas ganggang laut. Yang penting ialah suku Gigartinaceae dengan dua warganya yang menghasilkan bahan yang berguna, ialah Chondrus crispus dan Gigartina mamillosa, penghasil karagen atau lumut islandia yang berguna sebagai bahan obat.
Chondrus crispus dan Gigartina mamillosa
Bangsa Nemastomales
Dari bangsa ini perlu disebut suku Rhodophyllidaceae yang salah satu warganya terkenal penghasil agar-agar, yaitu Euchema spinosum.
Suku Sphaerococcaceae, juga mempunyai anggota-anggota yang merupakan penghasil agar-agar pula, di antaranya Gracilaria lichenoides dan berbagai jenis yang termasuk marga Sphareococcus.
Euchema spinosum
Bangsa Ceramiales
Dalam bangsa ini termasuk antara lain suku ceramiaceae di dalamnya. Contoh jenis ganggang yang tergolong dalam suku ini ialah Callithamnion corymbosum.
Callithamnion corymbosum.
Manfaat Rodophyta
Alga merah memiliki beragam fungsi antara lain :
Menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut.
Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia)
Beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigartina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit
Bahan pembuat krem
Sebagai obat pencuci rambut.
Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar.
Euchema spinosum Gelidium lichenoides
Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai Medium biakan bakteri , Fase padat pada elektroforesis gel , Untuk pengental dalam banyak makanan , Perekat tekstil , Sebagai obat pencahar (laksatif) , sebagai makanan penutup.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini maka dapat ditarik suatau kesimpulan bahwa Alga merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau.
Alga merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid.Perkembangbiakan generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium).
Rhodophyta dibagi dalam dua anak kelas, yaitu Bangieae dan Florodeae. Golongan Bangieae ini termasuk suku Bangiaceae sedangkan Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa, diantaranya yaitu:
Bangsa Nemalionales
Bangsa Gelidiales
Bangsa Gigartinales
Bangsa Nemastomales
Bangsa Ceramiales
Manfaat Alga merah antara lain dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat pencuci rambut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar